Bukan rahasia lagi bahwa dunia seni sangat didominasi oleh laki-laki, dan Nana Tedja adalah salah satu seniman perempuan yang mengambil peran ‘menyetarakan posisi’ di kancah seni Indonesia untuk seniman perempuan agar berdiri di garis depan bersama rekan-rekan laki-laki mereka. Berani, ekspresif, dan liar, Nana tidak memiliki hambatan untuk mendobrak batasan antara dirinya dan seninya, yang berarti bahwa melihat ke dalam karya seninya mirip dengan menatap ke dalam dirinya sendiri.
Bagaimana tahun-tahun pertama Anda mengawali seni memberi pengaruh pada Anda?
Saya lahir tahun 1971. Ayah saya punya perusahaan batik sendiri dan ibu saya bekerja sebagai desainer di sana. Setiap hari, saya mengamati ibu saya dan banyak karyawan yang membatik. Pada usia 5 tahun, saya mencoba melukis batik dan langsung tumbuh pada diri saya. Saat berusia 10 tahun, saya melanjutkan pengalaman artistik saya dengan kakek saya setelah melihatnya melukis di atas kanvas. Di sanalah saya membayangkan bahwa lukisan kanvas adalah cara saya ingin menghasilkan seni, dan itu melekat pada saya sejak saat itu.
Awalnya, Ayah tidak setuju dengan pilihan saya menjadi seniman. Sebagai seorang perempuan, bahkan kurang ideal untuk jalur karir seperti itu karena lingkungan kreatif di Indonesia (atau banyak tempat lain) sebagian besar lebih menyukai laki-laki. Meski begitu, saya menolak untuk menyerah pada kesulitan stratifikasi gender seperti itu dan akhirnya, saya dapat mencapai banyak pencapaian besar lewat seni saya dan menjalani kehidupan yang layak dan terhormat hingga ahari ini.
Karya Anda dipenuhi dengan guratan-guratan spontan, gambar-gambar samar, dan potongan-potongan; bagaimana Anda menggambarkan gaya Anda?
Lukisan saya sebagian besar adalah ide dari masa kecil saya. Mengacu pada diri saya sendiri dalam segala hal, saya selalu menginginkan seni saya menjadi cerminan langsung dari karakter dan kepribadian saya. Memang, mungkin tidak masuk akal untuk mengharapkan sebagian besar menghargai karya saya sepenuhnya karena praktik saya sangat berbeda dari apa yang saya pelajari tentang seni kontemporer di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tetapi saya pikir saya akan lebih cepat berdamai dengan fakta itu daripada melepaskan apa yang menurut saya paling benar untuk kebahagiaan dan kepuasan pribadi saya sebagai seorang seniman.
Mungkin, seperti yang disampaikan oleh sebagian besar galeri kepada saya sebelumnya, gaya seni saya termasuk dalam gaya neo-ekspresionisme. Meskipun mungkin demikian, saya selalu menegaskan kembali bahwa arah artistik saya semata-mata didasarkan pada preferensi dan suasana hati saya. Dalam beberapa karya saya, subjek saya ditampilkan dengan gigi besar. Sebut saja potret diri kalau mau, karena gambaran ini muncul karena gigi saya sendiri yang banyak membuat orang untuk menggodai saya sejak saya masih kecil. “Gigi kelinci”, begitu mereka menyebutnya. Dalam hal ini, saya adalah inspirasi saya sendiri untuk lukisan saya; setiap coretan atau pilihan warna dibangkitkan melalui perasaan saya sendiri terhadapnya. Meskipun proses ini sama menyenangkannya dengan terapi bagi saya, saya rasa tantangan muncul ketika saya perlu memutuskan apakah sentuhan terakhir dalam menyelesaikan sebuah karya melengkapi kepuasan saya.
Menurut Anda, bagaimana peran seorang seniman bagi masyarakat?
Kehidupan kita dalam masyarakat telah menjadi begitu cepat luar biasa sehingga terkadang, kita begitu sibuk dengan kegiatan sehari-hari sehingga kita lupa untuk berhenti dan mencium bunga. Peran kita sebagai seniman adalah untuk menghadirkan keindahan bagi semua orang yang stres dengan kehidupan mereka sambil mengingatkan mereka bahwa adalah bijaksana untuk berhenti dan mengambil langkah mundur untuk melangkah maju. Saya juga bersyukur bisa membawa karya seni saya ke lebih banyak penonton melalui bantuan media dan galeri yang melihat nilai dari apa yang kami lakukan.
Selain itu, di sini, di Indonesia, seni adalah uang bagi kita, sehingga mungkin dapat membantu kita berkontribusi pada perekonomian sambil melakukan apa yang paling kita sukai.
Apa rencana ke depan untuk memamerkan karya seni Anda?
Saya akan menjadi tuan rumah pertunjukan tunggal saya di Art: 1 New Museum, sebuah galeri komersial dan ruang pameran yang mengkhususkan diri pada lukisan dan patung kontemporer Indonesia. Anda mungkin ingin mengunjungi halaman Instagram saya (@nana_tedja) untuk hal-hal baru dari saya.
Meski seniman perempuan harus melewati banyak rintangan sebelumnya, Nana kini berdiri tegak sebagai tokoh terkemuka di kancah seni rupa Indonesia. Dia melukis untuk memastikan bahwa setiap kali seseorang melihat ke atas dari layar ponsel mereka, mereka akan dapat menyaksikan sesuatu yang memesona, sesuatu yang bermakna, sesuatu yang otentik Nana Tedja di depan mata mereka.
Artikel ini bersumber dari: “Nana Tedja Levels the Playing Field for Women Artists in Indonesia”